Mesra dengan China, Mulai Tinggalkan Amerika

Detiktoday.com – Salah satu instrumen penting dalam perdagangan internasional adalah penggunaan mata uang dalam transaksi. Tak sebatas penentuan harga dan standar biaya, disadari atau tidak, pemilihan mata uang juga terkait upaya politik suatu negara.
Semakin banyaknya transaksi internasional yang menggunakan mata uang suatu negara, semakin kuat pula pengaruh negara tersebut dalam perdagangan internasional. Hal ini juga terjadi pada hubungan dagang Indonesia dan China.
Indonesia dan China secara resmi memulai implementasi, yang dilakukan melalui kerjasama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS), melalui Bank Indonesia (BI) dan People’s Bank of China (PBC), Senin (6/9/2021).
|BI mendefinisikan LCS framework adalah penyelesaian transaksi perdagangan antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara di mana setelmen transaksinya dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing.
“Bank Indonesia (BI) dan People’s Bank of China (PBC) pada hari ini, (6/9) secara resmi memulai implementasi kerjasama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) antara Indonesia dan Tiongkok,” jelas BI dalam siaran resminya.
BI mengungkapkan, LCS memberikan banyak manfaat langsung kepada pelaku usaha, antara lain biaya konversi transaksi dalam valuta asing yang lebih efisien dan tersedianya alternatif pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
Selain itu, LCS juga memberikan manfaat berupa tersedianya alternatif instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal, serta diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi luar negeri.
Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) buka suara terkait kebijakan transaksi perdagangan dan investasi antara China dan Indonesia yang kini bisa tanpa menggunakan dolar Amerika Serikat (AS).
Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno mengatakan, transaksi perdagangan RI-China ini memang sangat penting guna meminimalisir ketergantungan terhadap dolar AS.
Dengan kerjasama tersebut, maka kedua negara bisa mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Apalagi, ke depannya bank sentral AS (The Fed) akan melakukan tapering dan normalisasi suku bunga, sehingga nilai tukar dolar AS bisa menguat tajam.