ADHIKARYA PARLEMEN

Abdy Yuhana: Pancasila, Pilar Persatuan Nasional dan Kompas Berbangsa

Detiktoday.com  – Sekretaris Jenderal Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Abdy Yuhana, mengingatkan kembali momen bersejarah saat Soekarno menyampaikan pidato bersejarah dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada 1 Juni 1945. Pidato tersebut, yang dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila,” memperkenalkan dasar negara Indonesia yang kelak diterima secara aklamasi oleh peserta sidang.

Dalam pidato tersebut, Soekarno merumuskan lima prinsip dasar yang diberi nama “Pancasila.” Abdy Yuhana menekankan bahwa Pancasila tidak hanya menjadi fondasi negara tetapi juga menjadi sarana untuk mewujudkan persatuan nasional dengan mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia.

“Bapak Bangsa kita, Soekarno, selalu menekankan bahwa segala sesuatu harus dipandu oleh ide, dirumuskan dalam konsep, dan diwujudkan dalam tindakan. Maka, Soekarno merumuskan Pancasila sebagai ide dan gagasan untuk Indonesia,” jelas Abdy.

Abdy mengungkapkan bahwa sebelum Pancasila ditawarkan sebagai dasar negara, konsep ini terlebih dahulu diperkenalkan oleh Bung Karno dalam lingkup pergerakannya, mulai dari Surabaya, Bandung, Ende, hingga Bengkulu. Setelah mendapatkan apresiasi positif dari lingkungannya, Bung Karno kemudian mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang BPUPK pada 1 Juni 1945, yang kemudian diakui sebagai Hari Lahir Pancasila.

“Sampai saat ini, Pancasila berfungsi sebagai philosopische grondslag, atau pandangan hidup bangsa Indonesia, dan menjadi norma dasar negara yang esensial,” ujar Abdy, yang juga anggota DPRD Provinsi Jawa Barat.

Lebih dari itu, Abdy mengingatkan bahwa Bung Karno juga memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 30 September 1960, Bung Karno menyampaikan pidato berjudul “Membangun Dunia Kembali” (To Build The World Anew), di mana ia menegaskan bahwa Pancasila adalah lima prinsip yang tidak terikat pada Manifesto Komunis maupun Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, tetapi merupakan langkah lebih tinggi dari kedua ideologi besar tersebut.

Melihat peran penting Bung Karno dalam membangun Indonesia dan mempengaruhi kancah dunia, Abdy Yuhana menekankan pentingnya seorang pemimpin, politisi, atau negarawan memiliki visi, konsep, dan gagasan yang jelas dalam berbangsa dan bernegara.

“Hari ini, kita melihat bahwa dalam membangun bangsa dan negara, kita tampak kekurangan dalam berkonsepsi. Politik dan pemerintahan kita saat ini lebih didominasi oleh pragmatisme politik, sebuah fenomena yang menurut Bung Karno adalah dampak dari penerapan demokrasi liberal atau demokrasi ’50 persen + 1′,” jelasnya.

Dalam peringatan Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, Abdy mengingatkan kembali betapa pentingnya memiliki visi dan konsepsi yang jelas dalam bernegara. Menurutnya, kepemimpinan yang tanpa ideologi atau konsepsi adalah kepemimpinan tanpa arah yang berisiko membawa negara ke jalan yang salah.

“Konsepsi sangat penting dalam membangun bangsa. Jika ada pemimpin negara yang menganggap bahwa ideologi atau konsepsi itu tidak penting, itu menandakan bahwa ia adalah seorang pemimpin tanpa arah. Karena pemimpin tanpa ideologi tidak punya panduan,” pungkas Abdy.

Show More

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detect

Please consider supporting us by disabling your ad blocker