Tiga Partai yang Berpotensi Menjadi Pelabuhan Baru Jokowi
Detiktoday.com – Pasca melepas jabatan sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) tetap aktif di dunia politik. Setelah menghabiskan waktu di Solo, Jokowi kembali berkeliling dalam masa kampanye Pilkada 2024, memberikan dukungan kepada sejumlah kandidat. Langkah politik ini memicu reaksi dari PDI Perjuangan (PDIP), yang akhirnya memutuskan untuk mencabut keanggotaan Jokowi dari partai berlambang banteng tersebut.
Menurut Direktur Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, pemecatan Jokowi dari PDIP membuka peluang bagi mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk bergabung dengan partai politik lain. “Ada beberapa opsi menarik bagi Jokowi, mengingat pengaruh politiknya yang masih kuat,” ungkap Arifki.
Arifki memetakan tiga partai yang berpotensi menjadi rumah politik baru bagi Jokowi:
- Partai Solidaritas Indonesia (PSI):
Sebagai partai tempat putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, menjabat sebagai ketua umum, PSI menjadi opsi paling logis. Kedekatan personal dan ideologis Jokowi dengan PSI menjadikan partai ini pilihan utama. - Partai Golkar:
Golkar memiliki sejarah panjang hubungan dengan Jokowi. Bahkan, Sekretaris Bidang Organisasi DPP Golkar, Derek Loupatty, pernah menyebut Jokowi sebagai anggota kehormatan meski belum memiliki kartu tanda anggota (KTA). - Partai Gerindra:
Hubungan baik Jokowi dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, membuka peluang besar baginya untuk bergabung. Gerindra, dengan kekuatan politiknya, dianggap sebagai salah satu opsi strategis bagi Jokowi.
Arifki menilai bahwa ambisi Jokowi masih terkait dengan Pilpres 2029, khususnya untuk mendukung langkah politik putranya, Gibran Rakabuming Raka. “Jika Jokowi ingin memperkuat bargaining politiknya di 2029, bergabung dengan partai politik adalah langkah yang masuk akal. Ini akan memberinya pengaruh lebih besar untuk mengarahkan dukungan politik,” jelas Arifki.
Lebih jauh, Arifki memperkirakan akan ada tiga kutub politik yang bersaing di Pilpres 2029. Selain Prabowo Subianto yang kemungkinan kembali mencalonkan diri, ada Gibran sebagai representasi narasi politik Jokowi, dan PDI Perjuangan yang mungkin mendukung tokoh seperti Pramono Anung.
“Jika tidak tercapai kompromi politik di antara kekuatan-kekuatan ini, Pilpres 2029 berpotensi menjadi pertarungan tiga kutub besar. Dan ini tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi konstelasi politik Indonesia,” pungkasnya.