Diah Fitri: Situs Sejarah Adalah Warisan Hidup yang Harus Dijaga Bersama

Detiktoday.com – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Diah Fitri Maryani, SE., MM., mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melihat situs sejarah bukan hanya sebagai bangunan tua yang usang, melainkan sebagai warisan hidup yang menyimpan nilai penting bagi jati diri bangsa dan daerah.
Dalam kunjungannya ke Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Diah menyampaikan bahwa peninggalan bersejarah seperti ini memiliki nilai yang sangat kompleks: mulai dari budaya, pendidikan, hingga potensi ekonomi pariwisata.
“Situs seperti Gunung Padang bukan hanya simbol masa lalu, tapi juga aset masa depan. Kita harus jaga dan rawat bersama, karena kalau rusak, sejarah kita ikut hilang,” tegasnya.
Politisi dari Fraksi PDI Perjuangan itu menekankan perlunya kolaborasi yang lebih kuat antara Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata, serta pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan situs sejarah. Menurutnya, perhatian saat ini masih terbilang minim, baik dari sisi anggaran maupun pelibatan masyarakat lokal.
“Perlindungan situs sejarah bukan hanya urusan pemerintah, tapi urusan kita semua. Masyarakat juga harus diedukasi untuk memahami pentingnya pelestarian ini,” tambah Diah.
Ia juga menyoroti pentingnya meningkatkan alokasi anggaran untuk konservasi dan revitalisasi situs sejarah. Tak hanya menjaga struktur fisiknya, tapi juga menghidupkan kembali cerita dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai inspirasi bagi generasi muda.
Diah berharap pelibatan generasi muda bisa dimaksimalkan melalui pendekatan kreatif, seperti kampanye digital, pelajaran sejarah kontekstual di sekolah, serta dukungan komunitas pecinta budaya.
“Anak-anak muda bisa jadi garda depan pelestarian budaya kalau diberi ruang. Jangan sampai mereka kehilangan hubungan dengan akar sejarahnya sendiri,” ujarnya.
Sebagai informasi, Situs Gunung Padang dikenal sebagai punden berundak terbesar dan tertua di Indonesia. Di kawasan ini terdapat berbagai jenis batuan kuno yang disusun dalam pola menhir, dolmen, serta undakan, bahkan beberapa batu menghasilkan bunyi unik yang menyerupai nada musik tradisional: da mi na ti la da atau disebut batu gamelan dan kecapi), dan dikelilingi oleh 5 bukit, yaitu Karuhun, Emped, Gunung Batu, Gunung Malati, dan Pasir Malang. Situs ini juga berorientasi atau mengarah ke 5 gunung secara sejajar, yaitu Gunung Batu, Pasir Pogor, Gunung Kencana, Gunung Gede, dan Gunung Pangrango.
Dengan langkah konkret dan dukungan kolektif dari semua pihak, Diah optimis situs-situs sejarah di Jawa Barat bisa terus lestari dan memberi manfaat nyata—tak hanya bagi dunia pendidikan dan budaya, tapi juga bagi perekonomian lokal melalui sektor pariwisata berkelanjutan.