MU Terancam Degradasi, Adidas Siap Akhiri Kontrak Senilai Rp17 Triliun
Detiktoday.com – Manchester United menghadapi risiko besar di tengah ancaman degradasi dari Premier League. Sponsor utama mereka, Adidas, dikabarkan siap memutus kontrak kerja sama bernilai Rp17 triliun (setara £900 juta) jika klub tersebut turun kasta. Apa yang sebenarnya terkandung dalam perjanjian ini?
Dalam kontrak berdurasi 10 tahun yang disepakati pada Juli 2023, Adidas mencantumkan klausul penghentian kerja sama dengan pemberitahuan satu musim penuh jika Manchester United tidak lagi berlaga di liga utama Inggris.
Selain itu, pembayaran tahunan Adidas sebesar Rp1,7 triliun (setara £90 juta) juga dapat dipangkas hingga setengahnya menjadi Rp850 miliar (setara £45 juta) apabila skenario terburuk, yakni degradasi, benar-benar terjadi.
Kondisi ini semakin mencekam setelah Manchester United mengalami kekalahan kelima dari enam pertandingan terakhir mereka di liga. Dalam pertandingan melawan Newcastle United pada Senin, United harus menelan kekalahan 0-2, yang semakin memperburuk posisi mereka di klasemen.
Dalam laporan keuangan terbaru yang dirilis September 2024, Manchester United menjelaskan potensi penalti dari Adidas jika tim utama pria mereka gagal bertahan di Premier League. Beberapa poin penting dari laporan tersebut adalah:
- Adidas dapat memangkas pembayaran tahunan hingga 50% jika tim utama pria tidak bermain di Premier League.
- Kontrak dengan Adidas dapat dihentikan dengan pemberitahuan satu musim penuh jika tim utama pria terdegradasi.
Kesepakatan baru antara Adidas dan Manchester United, yang menggantikan kontrak sebelumnya senilai Rp14 triliun (setara £750 juta), berlaku hingga Juni 2035. Namun, klausul penalti sebesar Rp190 miliar (setara £10 juta) juga akan diberlakukan jika klub gagal lolos ke Liga Champions musim ini.
Dalam pernyataan resmi, pihak Manchester United menyebut degradasi sebagai ancaman serius yang dapat memengaruhi pendapatan klub secara signifikan.
“Kinerja di Premier League berdampak langsung pada pendapatan kami. Hasil yang buruk dapat memengaruhi operasional bisnis, kondisi keuangan, dan arus kas kami,” ungkap klub.
Sumber pendapatan utama, seperti penjualan merchandise, hak siar, tiket, dan layanan hospitality, diprediksi akan turun drastis jika tim utama tidak berkompetisi di Premier League maupun turnamen Eropa seperti Liga Champions, Liga Europa, atau Liga Konferensi.
Selain itu, klub menyoroti dampak jangka panjang degradasi terhadap reputasi mereka.
“Penurunan performa dalam beberapa musim berturut-turut akan mempersulit kami untuk menarik pemain, pelatih, sponsor, dan dukungan dari pendukung. Ini akan memberikan dampak material pada keberlanjutan bisnis kami,” jelas klub.