ADHIKARYA PARLEMENDaerahPolitik

Selain Dikenal Dengan Kulinernya, Weni Dwi Aprianti: Ciajur Memiliki Kesenian Adat Kuda Kosong Yang Sarat Akan Nilai Kehidupan

Weni Dwi Apriani
Anggota DPRD Jabar Komisi I Fraksi PDI Perjuangan Weni Dwi Apriani, S.Ab.,

DETIKTODAY.COM – Sebagai mana yang telah kita tetahui Cianjur merupakan daerah yang memiliki prodak kuliner khas yang dikenal diseluruh Indonesia. Misalnya Manisan Cianjur, Beras Cianjur, Tauco Cianjur dan masih banyak lagi.

Selain terkenal dengan kulinernya Cianjur pun terkenal akan dengan kebudayaan adat warisan dari leluhurnya. Salah satunya kesenian Kuda Kosong Cianjur.

Kesenian Kuda Kosong asal Cianjur ini merupakan kesenian warisan leluhur yang tinggi akan nilai-nilai kehidupan didalammnya yang patut untuk kita teladani.

Menurut Anggota DPRD Jabar asal dapil IV Kabupaten Cianjur, Weni Dwi Aprianti, S.Ab., setiap pertunjukan seni dan budaya memiliki unsur dan makna yang mendalam.

“Keteladanan itu bisa ditilik dari setiap unsur pertunjukan seni dan budaya setiap daerah. Begitupun dalam pertunjukan kesenian Kuda Kosong yang telah melekat di masyarakat Cianjur” ujar Weni, saat dikonfirmasi, Minggu (10/10/2021).

Weni menyebutkan, dalam sejarahnya, tradisi Kuda Kosong berkaitan dengan sisi kerendahan hati dari leluhur Sunda di Cianjur saat diberikan hadiah kuda oleh Raja Mataram yang saat itu berkuasa di Tatar Pasundan.

Kelahiran Kuda Kosong turut menandai berdirinya wilayah Cianjur, Jawa Barat. Saat itu pemimpin tertinggi di Cianjur Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar mendapat panggilan dari Raja Mataram untuk memberikan upeti, sebagai tanda berdirinya wilayah baru di tanah Sunda.

Sebagai pemimpin tertinggi di daerah tersebut, Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar (Dalem Cianjur) mengutus adiknya bernama Aria Natadimanggala untuk menyerahkan persembahan berupa 3 butir padi, 3 butir pedes (lada) dan 3 buah cabe rawit.

Upeti yang terbilang sedikit itu justru dimaklumi oleh Raja Mataram, bahkan saat hendak kembali ke Cianjur Aria Natadimanggala diberikan tiga buah tanda balasan yaitu berupa seekor kuda, sebilah keris dan pohon saparantu (kemenyan).

Merasa mendapat amanah dengan segala kerendahan hatinya, Aria Natadimanggala berupaya menjaga hadiah tersebut hingga enggan untuk menaikinya karena merasa hadiah tersebut untuk sang kakak yang begitu ia hormati.

Sesampainya di Cianjur, kuda tersebut diarak mengelilingi kota Cianjur dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat di sana.

Penamaan istilah Kuda Kosong sendiri berawal pada saat Aria Natadimanggala membawa dari Mataram ke Cianjur dengan tidak ditunggangi maka kuda tersebut akhirnya disebut sebagai Kuda Kosong.

“Inilah, sisi kerendahan hati yang ditandai oleh Raja Mataram yang merasa memahami keadaan Cianjur yang baru dibangun hingga dengan senang hati menerima upeti yang sedikit, dan membalasnya dengan bantuan kuda, keris dan pohon saparantu yang lebih besar, serta kerendahan hati seorang adik yang menjaga amanah dari sang kakak yang mengutusnya,” papar Weni, legislator PDI Perjuangan kelahiran Cianjur ini.

Weni menambahkan, dari cerita Kuda Kosong ini, banyak makna dan isi yang terkandung di dalamnya.

“Kesenian Kuda Kosong ini juga memaknai bagaimana pengabdian sebagai wakil rakyat yang mengemban amanah tentu harus mampu mewujudkan janji kampanye dahulu, dengan tidak mencederai kepercayaan rakyat, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat,” tegasnya.

Sebgai salah satu Anggota legislatif Jawa Barat Weni Dwi Aprianti berupaya akan terus melestarikan kebudayaan Jawa Barat khususnya di daerah Cianjur tak hanaya sampai disitu saja Anggota Komisi I Fraksi PDI Perjuangan ini pun mengajak seluruh lapisan masyarakat Cianjur dalam turut andil melestarikan dan menyebarluaskan kesenian kebanggan Cianjur.

Show More

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detect

Please consider supporting us by disabling your ad blocker